Kamis, 10 Desember 2009

Mungkinkah HIV diciptakan?

HIV, secara virologik termasuk golongan Retrovirus. Virus ini tergolong virus yang "canggih" karena kemampuannya membuat DNA dari RNA dengan pertolongan enzim reverse transchptase yang kemudian disisipkan dalam DNA sel inang sebagai mesin genetik.

Berdasarkan struktur antigennya, HIV dibedakan menjadi dua tipe.
1. HIV-1 yang menyebabkan hampir 99% AIDS
2. HIV-2 dengan virulensi yang rendah dan hanya memiliki 40% kesamaan dengan HIV-1.

HIV-1 dapat dibedakan lagi berdasarkan deretan gen env, yaitu M (dominan), N dan O.
Yang menarik dari HIV adalah, hingga saat ini belum ada jawaban ilmiah yang meyakinkan tentang dari mana asal muasal virus yang popular sejak tahun 70-an ini.

Ada berbagai teori yang mencoba menjelaskan, diantaranya menyatakan HIV berasal dari infeksi silang-spesies oleh virus simian di belantara Afrika. Anehnya, mengapa HIV baru muncul baru-baru ini? Pada hal penduduk Afrika sudah berinteraksi dengan monyet-monyet itu sejak lama.

Ada pula yang berpendapat, HIV-1 adalah hasil mutasi SIVcpz (sinpanse) dan SIV sm (sooty mangabeys), akibat pemaparan berulang dan adanya perubahan lingkungan. Namun mengapa HIV-1 berbeda jauh dengan virus induknya (SIV), yang pada simpanse hanya mengakibatkan viremia dan tidak mengakibatkan imunodefisiensi. Bahkan SIV (Simian Imunodefisiensi Virus) dari monyet hijau Afrika dan mandrills membentuk kelompok terpisah yang sama jauhnya terhadap HIV-1 dan HIV-2.

Mungkin ada baiknya kita buka jendela lain untuk mengetahui tentang asal muasai virus ini, sekalipun sudah keluar dari perbincangan ilmiah. Namun demikian, perspektif ini tentu saja tidak bisa diabaikan sebagai suatu kebenaran, karena ia sesuatu yang bisa diterima akal. Dan bukankah tidak semua yang benar bisa dibuktikan dengan cara berfikir ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah?

Selain itu, dalam kehidupan yang kapitalistik ini, dimana kemajuan teknologi berada dibawah kekuasaan dan kontrol kekuatan kapitalisme global, berbagai kejahatan kemanusiaan memang sudah biasa dilakukan. Dan suatu hal yang perlu diingat, bahwa peradaban kapitalistik tidak dapat dipisahkan dengan penjajahan dan kejahatan kemanusiaan itu sendiri.

Di sisi lain, tentang adanya kejahatan pengusung ideologi yang berlawanan dengan Islam, termasuk kapitalisme, telah diingatkan Allah SWT dalam QS 2:120, yang artinya
" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)"

Dan QS 8:30, yang artinya
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya"

Peringatan-peringatan Allah SWT tersebut tentu saja sangat pantas kita waspadai, bahkan wajib diyakini, bahwa musuh-musuh Allah SWT tidak akan henti-hentinya metakukan kejahatan, konspirasi, sehingga kita mengikuti jalan hidup mereka.

Pandangan tersebut adalah bahwa HIV memang sengaja diciptakan (genetically modified organism, gmo) untuk menghabisi etnis tertentu. Suatu artikel yang dimuat pada majalah London Times, edisi November 1998 memaparkan tentang adanya proyek penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan gmo untuk membasmi etnis tertentu.

37 Dokumen yang dipresentasikan oleh pejabat Pentagon, Donald Me Arthur pada 9 Juni 1969, semakin meyakinkan hal tersebut. Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa dibutuhkan dana $US 10 juta untuk mengembangkan sebuah mikroorganisme baru yang menular dan menghancurkan system kekebalan tubuh manusia, selama 5-10 tahun.38 Dr. John Seal dan Prof Jacob Seagal! (pensiunan direktur sebuah institut biotogi di Universitas Berlin), keduanya orang yang pakar dan disegani dibidangnya, menyatakan bahwa virus HIV adalah rekayasa manusia.

Perlu dicatat, hingga saat ini AS masih menolak penerapan protokol perjanjian BWC (Biological Weapon Convention) yang berisi penghentian program senjata biotogi dan kimia. Keseriusan AS memproduk si senjata biologis, juga terlihat dari upaya AS memperoleh virus flu burung dari Indonesia yang melalui WHO dikirim ke laboratohum senjata biologi milik AS di Los Alamos. Dan AS juga berupaya keras mempertahankan aktifitas lembaga-lembaga penelitian kesehatan mititernya seperti NAMRU-2 (Naval Medical Research Unit Two) di Indonesia yang merupakan pusat penelitian berbagai kuman tropis berbahaya seperti malaria, demam berdarah, tifus, kolera, TBC, HIV/AIDS, dan flu burung {Media Indonesia, Kamis 24 April 2008).

Saat ini, AS terus mengokohkan program biodefencenya untuk tujuan penjajahan, sehingga biodefence lebih pantas dibaca bioweapon. Karena pada kenyataannya itulah yang dilakukan AS dan sekutunya. Seperti pada saat invansi menggulingkan Presiden Kongo, tahun 1960, dg menyebarkan virus , ribuan orang tewas dan sebelumnya AS (CIA) mengirim pakar mikrobiologinya, Dr Joseph Scheider, ke Kongo. Demikian pula saat menghabisi suku Kurdi, yang menewaskan 5000 orang, AS mempersenjatai Irak dg 19 paket bakteri antraks dan -15 paket botulinum. ° Adapun untuk bioterorism yang disebut dengan "Biodefence for the 21st Century", pada tanggal 2 November 2005 George Bush mengumumkan alokasi dana sebesar US$7, 1 milyar (sekitar 60 trilyun rupiah) untuk program The National Bio-Surveillance Initiative.43

Setelah direkayasa, bagaimana awalnya HIV bisa menimbulkan epidemi? Majalah Science of Afrika, Edisi Maret 2004, memberitakan bahwa HIV-1 diinfeksikan pada penduduk Afrika, Kano, Nigeria diduga melalui program vaksinasi polio yang dilakukan dibawah pengawasan WHO.

Apakah awalnya epidemi HIV di Amerika juga diinfeksikan melalui program vaksinasi? Penelitian kohort yang terpanjang kasus AIDS pertama terungkap di kalangan homoseks di San Fransisco dan sebelumnya mereka adalah sampel penelitian hepatitis B. Apakah HIV sengaja disuntikkan pada mereka saat pemberian vaksin hepatitis B?

Terkait dengan profit epidemi HIV saat pertama kali ditemukan, juga mendukung pada dugaan HIV sengaja disebarkan. Karena penyebaran HIV di Afrika Tengah, Afrika Selatan, Afrika Timur serta beberapa daerah Karibia, jarang terjadi pada kalangan homoseks dan pencandu narkotik, tetapi justru terjadi di kalangan heteroseks.7

Keanehan berikutnya adalah tentang prevalensi penderita HIV saat ini, terkonsentrasi di Wilayah berkulit hitam. Jumlah dan prevalensi tertinggi di dunia adalah di Sub-Sahara Afrika, yaitu 24.7 juta jiwa, (62.5%) (Tabel 1), dan 2,3 juta diantaranya adalah anak-anak.45 Sementara itu di Indonesia, prevalensi tertingi di Propinsi Papua, dengan jumlah penderita HIV/AIDS 348 jiwa, 5.95 penderita AIDS per 100.000 jumlah penduduk (Tabel 2). Sementara itu, di Negara-Negara yang mayoritas berpenduduknya berkulit putih, prevalensinya jauh lebih sedikit.

Prevalensi dan Kejadian HIV Pada Berbagai Wilayah Regional di Dunia Hingga Akhir Desember 2006.
Wilayah Regional Jumlah (%) Infeksi Baru Penderita
Penderita HIV/AIDS Dewasa; 15-49Th.

Total Dunia 39.5 juta(%); 4.3 juta 1.0%
Sub-Saharan Africa 24.7 juta (62.5%); 2.8 juta 5.9%
SoutlVSouth-East Asia 7.8 juta (19.7%); 860,000 0.6%
Eastern Europe/Central Asia 1.7 juta (4.3%); 270,000 0.9%
Latin America 1.7juta(4.3%; 140,000 0.5%
North America 1.4 juta (3.5%); 43,000 0.8%
East Asia 750.000(1.9%); 100.000 0.1%
Western/Central Europe 740.000 (1.9%); 22,000 0 3%
Middle East/North Africa 460,000(1.2%); 68,000 0 2%
Caribbean 250.000 (0.6%); 27,000 1.2%
Oceania 81,000(0 2%); 7,100 0.4%

Prevalensi Penderita AIDS per 100.000 Penduduk berdasarkan Propinsi.

Propinsi Prevalensi
Papua 5.95
DKI Jakarta 21.89
Bali 30.86
Riau 40.30
Sulawesi Utara 50.25
Maluku 60.13
Yokyakarta 70.10
Jawa Barat 80.08
Jawa Timur 90.06
NTB 100.05
Sumut 110.04
Kalimantan Barat 120.03
Sumatera Selatan 130.03
Sumatera Barat 140.02
Jawa Tengah 150.02
Sulawesi Selatan 160.01
Nasional 0.21

Jika benar penyebaran HIV melalui perilaku seks bebas dan drug abuse saja, berarti telah terjadi keajaiban pada masyarakat AS dan Eropa, yaitu kesadaran masyarakat meningkat meninggalkan perilaku seks bebas dan drug abuse, benarkah demikian? Ataukah program harm reduction yang sukses?

Yang jelas, free sex dan drug abuse adalah perilaku yang melekat dalam kehidupan masyarakat di Negara-Negara Eropa dan AS. Dan adapun tentang program harm reduction, USCDC (United State Center of Diseases Control) menyatakan kegagalan program kondomisasi di AS.21 Dan Dr. James Blogg, dari AUSAIDS, pada Simposium Nas, 30Nov-1 Des, menyatakan hingga saat ini AS masih menolak program kondomisasi & subsitusi metadon untuk mengatasi epidemi HIV/AIDS.

Jadi apakah yang membuat prevalensi HIV menurun pada wilayah berpenduduk mayoritas kulit putih? Apakah HIV memang didesain untuk menyerang etnis tertentu (berkulit hitam), yang di wilayah tersebut memiliki kekayaan alam yang melimpah?

maaf maaf kalo kurang jelas. ada grupnya juga lhoooo...
sumber: grup STOP HIV-AIDS, STOP FREE SEX!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Keep comment!
Salam ukhuwah!